Rabu, 17 Oktober 2012

Pengenalan Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]
  2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
  1. Kelompok Bahan Makanan
  2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Kelompok Perumahan
  4. Kelompok Sandang
  5. Kelompok Kesehatan
  6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
  7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Penjelasan Operasi Moneter yang dilakukan Bank Indonesia Proses Operasi Moneter

A. Instrumen Operasi Moneter
Operasi Moneter dilakukan dengan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF) .

Data Posisi Outstanding Operasi Moneter: SBI | SBIS | TD | Repo | RR SUN | DF | LF
>>  Operasi Moneter: Operasi Pasar Terbuka
Kegiatan Operasi Pasar Terbuka (OPT) meliputi:
1. Absorpsi Likuiditas:
     -  Penerbitan SBI
     -  Term Deposit
     -  Reverse Repo
     -  Penerbitan SBIS
2. Injeksi Likuiditas:
     -  Transaksi Repo
Berikut ini adalah tabel jenis instrumen OPT dan dampaknya terhadap likuiditas serta karakteristiknya :
Keterangan:
- VRT (Variable Rate Tender)
- FRT (Fixed Rate Tender)
- FX (foreign exchange)
- SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
- SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
- SUN (Surat Utang Negara)
Kembali keatas
>> Operasi Moneter : Standing Facilities
Standing facilities meliputi:
- Penyediaan dana rupiah (lending facility)
- Dilakukan dengan mekanisme repurchase agreement (repo) surat berharga
- Penempatan dana rupiah oleh bank di Bank Indonesia (deposit facility)
- Dilakukan dengan menempatkan dana rupiah oleh bank secara berjangka di Bank Indonesia
Berikut adalah tabel jenis instrumen standing facilities dan dampaknya terhadap likuiditas serta karakteristiknya:
Instrumen dan Keterangan
Penempatan Dana
Penyediaan Dana
Deposit Facility
FASBIS
Lending Facility
Repo SBIS/SBSN
Dampak likuiditas
Mengurangi likuiditas
Mengurangi likuiditas
Menambah likuiditas
Menambah likuiditas
Frekuensi transaksi
Setiap hari kerja
Setiap hari kerja
Setiap hari kerja
Setiap hari kerja
Jangka waktu
overnight
overnight
overnight
overnight
Nominal pengajuan minimal
Rp1.000jt
Rp1.000jt
-
-
Nominal kelipatan
Rp100jt
Rp100jt
1 unit surat berharga
1 unit surat berharga
Mekanisme transaksi
FRT
FRT
FRT
FRT
Setelmen
T + 0
T + 0
T + 0
T + 0
Suku bunga
BI Rate – 175bps
BI Rate – 175bps
BI Rate + 100bps
BI Rate + 100bps
Peserta
Bank
Bank
Bank
Bank
Keterangan : FASBIS (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah)
>> Operasi Moneter : Syariah 
Operasi Moneter Syariah adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui kegiatan operasi pasar terbuka dan penyediaan standing facilities berdasarkan prinsip syariah. Tujuan dari Operasi Moneter Syariah adalah:
  • Mencapai target operasional pengendalian operasi moneter syariah d.r. mendukung pencapaian akhir kebijakan moneter BI;
  • Target operasional berupa kecukupan likuiditas perbankan syariah atau variabel lain yang ditetapkan BI.
Kegiatan Operasi Moneter Syariah (OMS)
Dilakukan dalam bentuk antara lain:
-  OPT Syariah; dan
-  Standing Facilities Syariah.
Sesuai dengan Pasal 26 UU Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008 dan PBI tentang OMS Pasal 4 No.10/36/PBI/2008 : kegiatan-kegiatan tersebut harus memenuhi prinsip syariah yang dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan/atau opini syariah oleh otoritas fatwa (MUI - DSN) yang berwenang.
b. Proyeksi Likuiditas
Untuk menentukan berapa jumlah likuiditas yang harus diserap (absorpsi) maupun disediakan (injeksi) dalam rangka menjaga keseimbangan supply dan demand, Bank Indonesia melakukan estimasi kebutuhan likuiditas perbankan sehingga dapat ditetapkan target operasi moneter setiap harinya. Estimasi likuiditas perbankan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor otonom (autonomous factor) seperti operasi keuangan Pemerintah dan mutasi uang kartal.  
Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya informasi yang handal dan sama kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta persepsi yang sama untuk mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga yang wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober 2008 Bank Indonesia mulai mengumumkan kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar dan masyarakat sebanyak dua kali setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan sarana lainnya. Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan dapat membantu treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan Operasi Moneter.
Pengumuman proyeksi likuiditas meliputi 2 (dua) materi utama yaitu:
  • Proyeksi Total Likuiditas Tersedia Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar dan merupakan hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang berperan dalam menambah/mengurangi ketersediaan likuiditas rupiah. Ketersediaan likuiditas rupiah antara lain dipengaruhi oleh net aliran masuk/keluar uang kartal dari/ke sistem perbankan dan mutasi rekening pemerintah di Bank Indonesia, net instrumen Operasi Moneter jatuh waktu, dan net perubahan saldo giro perbankan di Bank Indonesia.
  • Proyeksi Excess ReserveProyeksi Excess Reserve adalah perkiraan selisih antara saldo giro perbankan di Bank Indonesia dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum (GWM).

Proses Pengambilan Keputusan dalam Penetapan Kebijakan Moneter Proses Perumusan Kebijakan Moneter

Proses pembahasan dan perumusan kebijakan tersebut dilakukan secara berjenjang di tingkat direktorat di Bank Indonesia, dan dilanjutkan pada pembahasan dalam forum Komite Evaluasi Kebijakan Moneter yang melibatkan satuan kerja di sektor moneter dan perbankan di Bank Indonesia.  Asesmen tentang kondisi terkini dan prakiraan ekonomi tersebut selanjutkan disampaikan ke Dewan Gubernur dalam forum Komite Kebijakan Moneter (KKM). Forum tersebut merupakan forum diskusi antara anggota Dewan Gubernur dengan pimpinan satuan kerja di Bank Indonesia, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang perekonomian. Forum ini dilaksanakan sebelum pelaksanaan RDG dan tidak melibatkan pengambilan keputusan terkait stance kebijakan moneter.  Proses pengambilan keputusan baru dilaksanakan pada RDG.
Proses selanjutnya adalah Rapat Pra-Rapat Dewan Gubernur (Pra RDG). Di forum Pra-RG ini Dewan Gubernur dan pimpinan Direktur di bidang Moneter dan Perbankan membahas mengenai asesmen Bank Indonesia terhadap perekonomian makro dan sektor keuangan. Setelah Pra RDG, Rapat Dewan Gubernur  (RDG) dilaksanakan.  Dalam RDG, masing-masing anggota Dewan Gubernur memberikan pandangannya terhadap kondisi perekonomian makro dan sektor keuangan dan membahas pilihan-pilihan kebijakan yang akan diambil. RDG mengambil keputusan kebijakan moneter dalam bentuk penentuan BI rate melalui konsensus.  Sesuai dengan UU Bank Indonesia, Gubernur Bank Indonesia memiliki hak veto dalam Rapat tersebut.
Skema Pengambilan Keputusan

Penjelasan Operasi Moneter yang dilakukan Bank Indonesia Kerangka Operasi Monete


Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB)1 overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.
Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter (OM).
Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n.  Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah  (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.
Grafik Kerangka Operasional Kebijakan Moneter
Keterangan :
PUAB atau Pasar Uang Antar Bank adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu Bank dengan Bank Lainnya. Suku bunga PUAB merupakan harga yang terbentuk dari kesepakatan pihak yang meminjam dan meminjamkan dana. Kegiatan di PUAB dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) yaitu terciptanya kesepakatan antara peminjam dan pemilik dana yang dilakukan tidak melalui lantai bursa. Transaksi  PUAB dapat berjangka waktu dari satu hari kerja (overnight) sampai dengan satu tahun, namun pada praktiknya mayoritas transaksi PUAB berjangka waktu kurang dari 3 bulan.

Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan

Definisi
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Fungsi
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Transparansi dan Akuntabilitas Kebijakan Moneter

Transparansi dan Komunikasi 


Agar kebijakan moneter dapat berkerja secara efektif, komunikasi yang terbuka antara Bank Indonesia dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, kebijakan moneter Bank Indonesia senantiasa dikomunikasikan secara transparan kepada masyarakat. Komunikasi tersebut juga sebagai bagian dari akuntabilitas kebijakan moneter dan berperan dalam membantu pembentukan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan. Melalui komunikasi, Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk memandang dan membentuk tingkat inflasi ke depan sebagaimana yang diitetapkan dalam sasaran yang diumumkan. Oleh karenanya, komunikasi kebijakan moneter dilakukan dengan terus menerus memuat pengumuman dan penjelasan tentang sasaran inflasi ke depan, analisis Bank Indonesia terhadap perekonomian, kerangka kerja, dan langkah-langkah kebijakan moneter yang telah dan akan ditempuh, jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG), serta hal-hal lain yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur.
Komunikasi kebijakan moneter dilakukan dalam bentuk siaran pers, konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur, publikasi Tinjauan/Laporan Kebijakan Moneter yang memuat latar belakang pengambilan keputusan,  maupun penjelasan langsung kepada masyarakat luas, media massa, pelaku ekonomi, analis pasar dan akademisi.
Media komunikasi Kebijakan Moneter Bank Indonesia dalam bentuk publikasi :
a. Tinjauan Kebijakan Moneter
b. Laporan Perekonomi Indonesia
c. Laporan Triwulanan DPR RI
d. Siaran Pers Kebijakan Moneter (link BI Rate)
Akuntabilitas
Bank Indonesia secara reguler menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kebijakan moneter kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai bentuk akuntabilitas Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pertanggung-jawaban kebijakan moneter dilakukan dengan penyampaian secara tertulis maupun penjelasan langsung atas pelaksanaan Kebijakan Moneter secara triwulanan dan aspek-aspek tertentu kebijakan moneter yang dipandang perlu. Selain itu Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanan Kebijakan tersebut disampaikan pula kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk transparansi dan koordinasi.
Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak tercapai, maka Bank Indonesia menyampaikan penjelasan kepada Pemerintah sebagai bahan penjelasan Pemerintah bersama Bank Indonesia secara terbuka kepada DPR dan masyarakat.

Marjinal Tingkat Pengganti

Tingkat marjinal substitusi (MRS) adalah tingkat di mana seseorang akan menyerah y baik (yang baik diukur pada sumbu y) untuk mendapatkan lebih banyak baik x (yang baik diukur pada sumbu x) dan pada saat yang sama waktu tetap tak acuh (tetap pada kurva indiferen yang sama). Tingkat marjinal substitusi diukur dari kemiringan kurva indiferen. Jika kurva indiferen curam, tingkat marjinal substitusi tinggi. Orang tersebut bersedia menyerahkan jumlah besar y baik dengan imbalan sejumlah kecil baik x sambil tetap tak acuh. Jika indiferen kurva datar, tingkat marjinal substitusi rendah. Orang tersebut bersedia memberikan hanya sejumlah kecil y baik dengan imbalan jumlah besar baik x untuk tetap acuh. Gambar 8.5 menunjukkan kepada Anda bagaimana untuk menghitung tingkat substitusi marjinal. Kurva berlabel I1 adalah salah satu kurva indiferen Lisa. Anggaplah bahwa minuman Lisa 6 enam-paket dan jam 2 film di titik c dalam gambarnya tingkat substitusi marjinal dihitung oleh ukuran besarnya kemiringan kurva indiferen pada titik c. Untuk mengukur besar ini, tempat garis lurus terhadap, atau bersinggungan dengan, kurva indiferen pada titik c. Kemiringan garis adalah perubahan dalam kuantitas soda dibagi dengan perubahan dalam kuantitas film seperti yang kita bergerak sepanjang garis. Sebagai konsumsi soda berkurang 1,0 enam-pack, dugaan konsumsi film meningkat sebesar 5. Jadi pada titik c Lisa bersedia melepaskan soda untuk film di tingkat-2 enam bungkus per filmnya tingkat substitusi marjinal adalah 2. Sekarang, anggaplah bahwa Lisa mengkonsumsi 6 film dan 1 1 / 2 enam paket pada titik g dalam Gambar. 8.5. Berapakah tingkat substitusi marjinal pada titik ini? Jawabannya dapat diperoleh dengan menghitung besarnya kemiringan pada titik kurva indiferen g. Lereng itu adalah sama dengan kemiringan bersinggungan dengan kurva indiferen pada titik g. Di sini, seperti konsumsi soda berkurang 4.5 enam-pack, film konsumsi meningkat sebesar 9. Jadi pada Lisa titik g bersedia melepaskan soda untuk film pada laju sebesar 1 / 2 enam kaleng per film. Nya tingkat substitusi marjinal adalah 1 / 2. Perhatikan bahwa jika Lisa banyak minuman soda dan tidak melihat banyak film, dengan tingkat marjinal pengganti besar. Jika dia banyak menonton film dan tidak minum banyak soda, dengan tingkat marjinal penggantinya kecil. Ciri-ciri tingkat substitusi marjinal adalah asumsi sentral dari teori perilaku konsumen dan disebut sebagai pengurangan tingkat substitusi marjinal. Asumsi marjinal yang semakin menurun tingkat substitusi adalah kecenderungan umum untuk tingkat marjinal pengganti untuk mengurangi sebagai konsumen bergerak sepanjang kurva indiferen, peningkatan konsumsi yang baik diukur pada sumbu x dan penurunan konsumsi yang baik diukur pada sumbu-y.

Tingkat marjinal pengurangan pengganti anda mungkin dapat menghargai mengapa kami menganggap prinsip marjinal yang semakin menurun tingkat substitusi dengan memikirkan preferensi anda sendiri untuk film dan soda. Misalnya anda mengkonsumsi enam-10 pak soda seminggu dan tidak melihat film. Berapa banyak enam-paket yang anda bersedia menyerah dalam pertukaran untuk melihat satu film dalam seminggu? Jawaban Anda untuk pertanyaan ini adalah tingkat marjinal substitusi antara soda dan film ketika Anda tidak mengkonsumsi film. Sebagai contoh, jika Anda bersedia melepaskan 4 enam-paket untuk melihat 1 film, Anda tingkat marjinal substitusi antara soda dan film adalah 4. Sekarang anggaplah bahwa Anda mengkonsumsi 6 enam-paket dan melihat 1 film seminggu. Berapa banyak enam-paket Anda sekarang bersedia melepaskan untuk melihat salah satu film tambahan seminggu? Jawaban Anda untuk pertanyaan ini adalah tingkat marjinal substitusi antara soda dan film ketika Anda melihat 1 film seminggu. Jika jawaban Anda adalah jumlah yang lebih kecil daripada ketika Anda tidak melihat film, menampilkan preferensi Anda berkurang tingkat marjinal substitusi antara soda dan film. Semakin besar jumlah film yang Anda lihat, semakin kecil kuantitas soda Anda bersedia berikan untuk melihat salah satu film tambahan. Bentuk kurva indiferen memasukkan prinsip berkurangnya tingkat substitusi marjinal karena kurva membungkuk ke arah asal. Keketatan dari belokan dari sebuah kurva indiferen memberitahu kita bagaimana seseorang bersedia untuk menggantikan satu baik yang lain sambil tetap tak acuh. Mari kita lihat beberapa contoh yang akan memperjelas hal ini.

Besarnya kemiringan kurva indiferen disebut tingkat substitusi marjinal (MRS). Tingkat marjinal substitusi menyatakan berapa banyak dari satu barang seseorang bersedia melepaskan untuk mendapatkan lebih banyak barang yang lain sambil tetap tak acuh-yaitu, tinggal di kurva indiferen yang sama. Garis merah pada titik c mengatakan kepada kita bahwa Lisa adalah bersedia memberikan naik 10 enam-paket untuk melihat 5 film. Nya tingkat substitusi marjinal di titik c adalah 10 dibagi dengan 5, yang sama dengan 2. Garis merah pada titik g mengatakan kepada kita bahwa Lisa adalah bersedia melepaskan 4,5 enam-paket untuk melihat 9 film. Nya tingkat substitusi marjinal di titik adalah 4,5 g dibagi oleh 9, yang sama dengan 1 / 2.


Tingkat substitusi

Kebanyakan dari kita tidak akan menganggap film dan soda sebagai pengganti dekat satu sama lain. Kita mungkin memiliki beberapa ide yang cukup jelas tentang berapa banyak film kita ingin lihat setiap bulan dan berapa banyak kaleng soda yang ingin kita minum. Namun demikian, sampai taraf tertentu, kita bersedia untuk mengganti antara dua barang. Tidak peduli seberapa besar kecanduan Anda pada soda, pasti ada beberapa peningkatan dalam jumlah film yang Anda bisa melihat bahwa akan ada kompensasi karena kehilangan sekaleng soda. Demikian pula, tidak peduli betapa kecanduan Anda ke bioskop, pasti beberapa jumlah kaleng soda akan di kompensasi kehilangan karena melihat satu film. Kurva pengorbanan seseorang untuk film dan soda akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.6 (a).


Substitusi
Beberapa barang pengganti begitu mudah bagi satu sama lain bahwa sebagian besar dari kita bahkan tidak menyadari yang kita konsumsi. Sebuah contoh yang baik berbagai merek conserns komputer pribadi. Dell, Compaq, dan Toshiba adalah semua klon dari IBM PC, tetapi kebanyakan dari kita tidak bisa membedakan antara klon dan IBM. Hal yang sama berlaku untuk pena. Sebagian besar dari kita tidak peduli apakah kita menggunakan pena dari toko buku kampus atau dari supermarket lokal. Ketika dua barang merupakan subtitusi sempurna bagi satu sama lain, kurvanya merupakan garis lurus ke bawah lereng itu, seperti Gambar 8.6 (b) menggambarkan tingkat substitusi marjinal konstan.


Pelengkap
Beberapa barang tidak bisa menggantikan satu sama lain sama sekali. Sebaliknya mereka adalah barang komplemen. Yang melengkapi pada Gambar 8.6 (c) adalah kiri dan kanan sepatu. Kurva indiferen dari komplementer sempurna adalah L-shapped. Sepatu kiri dan kanan adalah sebagai pasangan yang baik bila satu sepatu kiri dan dua tepat. Masing – masing memiliki pilihan untuk memiliki salah satu dari masing-masing, tetapi memiliki dua dari salah satu dan salah satu dari yang lain tidak lebih baik daripada memiliki salah satu dari masing-masing. Kasus-kasus ekstrim substitusi sempurna dan sempurna substitusi dan komplementer sempurna yang ditampilkan di sini tidak sering terjadi dalam kenyataan. Mereka lakukan, bagaimanapun, menggambarkan bahwa bentuk kurva indiferen menunjukkan tingkat substitusi antara dua barang. Disubstitusikan yang lebih sempurna dua barang, semakin hampir adalah kurva indiferen mereka garis-garis lurus dan kurang cepat apakah tingkat substitusi marjinal jatuh. Rendahnya barang pengganti membuat kurva indeferen melengkung, mendekati bentuk yang ditunjukkan pada Gambar 8.6 (c). Seperti yang dapat Anda lihat di kartun, sesuai dengan preferensi pelayan, Coke dan anggur putih Alastian merupakan substitusi sempurna dan masing-masing melengkapi dengan daging babi. Kami berharap pelanggan setuju dengannya.




Bentuk kurva indiferen real derajat substitusi antara dua barang. Bagian (a) menunjukkan kurva indiferen untuk dua barang biasa: film dan soda. Untuk mengkonsumsi lebih sedikit soda dan tetap acuh tak acuh, orang harus melihat lebih banyak film. Jumlah film yang mengkompensasi penurunan soda soda meningkat kurang dikonsumsi. Bagian (b) menunjukkan kurva indiferen selama dua substitusi sempurna. salah satu spidol lebih sedikit dari supermarket lokal harus digantikan oleh salah satu spidol tambahan dari toko buku kampus. Bagian (c) menunjukkan dua-barang komplementer sempurna yang tidak dapat digantikan satu sama lain sama sekali. memiliki dua dari salah satu dan salah satu dari yang lain tidak lebih baik daripada memiliki salah satu dari masing-masing.



RANGKUMAN
1. Preferensi seseorang dapat diwakili oleh sebuah peta preferensi yang terdiri dari serangkaian kurva indiferen.

2. Untuk kebanyakan barang, kemiringan kurva indiferen menurun menuju titik asal. Mereka tidak pernah berpotongan.

3. Besarnya kemiringan kurva indiferen disebut tingkat substitusi marjinal.
4. Rata-rata marjinal dari subtitusi berkurang sebagai seseorang mengkonsumsi lebih sedikit dari yang baik diukur pada sumbu x.

Dua komponen model pilihan rumah tangga sekarang di tempat: garis anggaran dan prefference peta. Sekarang kita akan menggunakan komponen ini untuk bekerja di luar pilihan rumah tangga.

Kurva Preferensi dan Kurva Indiferen

Preferensi adalah orang suka dan tidak suka. Asumsi utama tentang preferences adalah bahwa mereka tidak tergantung pada harga atau pendapatan. Hal-hal yang Anda suka dan tidak suka tidak bergantung pada apa yang Anda mampu. Ketika perubahan harga, atau ketika perubahan pendapatan Anda, Anda membuat pilihan baru, tapi preferensi yang membimbing pilihan itu tidak berubah. Kita akan menemukan ide yang sangat rapi yang menggambarkan peta preferensi seseorang. Sebuah peta preferensi ini didasarkan pada asumsi menarik secara intuitif bahwa orang dapat menyusun semua pos kombinasi kemungkinan barang mereka mungkin mengkonsumsi menjadi tiga kelompok: disukai, tidak disukai, dan indiferen. Untuk membuat gagasan ini lebih konkret, mari kita meminta Lisa untuk memberitahu kami bagaimana dia peringkat berbagai kombinasi film dan soda. Gambar 8.3 mengilustrasikan bagian dari jawabannya. Lisa mengatakan kepada kita bahwa ia saat ini mengkonsumsi 2 film dan 6 bungkus enam bulan di titik c dalam Gambar. 8.3. Dia kemudian mencantumkan semua kombinasi film dan soda bahwa ia menganggap sama-sama dapat diterima sebagai konsumsi arus nya. Ketika kami merencanakan kombinasi film dan soda Lisa memberitahu kita bahwa dia suka sama seperti kombinasi di titik c, kita mendapatkan kurva pada Gambar hijau. 8.3. Kurva ini adalah elemen kunci dalam peta preferensi dan disebut kurva indiferen.
Kurva indiferen adalah garis yang menunjukkan kombinasi barang diantara lainnya dimana konsumen adalah acuh tak acuh. Kurva indiferen pada Gambar. 8.3 memberitahu kita bahwa Lisa adalah sama bahagia untuk mengkonsumsi 2 film dan 6 bungkus enam bulan di titik c sebagai mengkonsumsi kombinasi film dan soda pada titik g atau di poin lainnya sepanjang kurva. Lisa melanjutkan dengan mengatakan kepada kita bahwa mulai dari kombinasi film dan soda, dia lebih menyukai untuk memiliki lebih banyak film dan tidak kurang soda atau lebih soda dan tidak kurang film. Kita dapat menginterpretasikan Lisa yang mengatakan bahwa kurva indiferen mendefinisikan batas antara kombinasi barang yang ia lebih suka kepada orang-orang pada kurva indiferen dan kombinasi yang dia tidak suka. Lisa lebih memilih kombinasi di daerah kuning di atas kurva indiferen kombinasi pada kurva indiferen. Dan dia lebih suka kombinasi pada kurva indiferen kombinasi abu-abu di area di bawah kurva indiferen. Kurva indiferen yang ditunjukkan dalam Gambar. 8.3 hanyalah salah satu dari seluruh keluarga kurva tersebut. Kurva indiferen ini muncul lagi dalam Gambar 8.4. Itu berlabel I1 dan melewati poin c dan g. Dua kurva indiferen I0 dan I2. Lisa lebih menyukai setiap titik pada kurva indiferen I2 untuk setiap titik pada kurva indiferen I1, dan ia lebih suka pada I1 setiap titik ke titik manapun pada I0. I2 kita sebut sebagai kurva indiferen yang lebih tinggi daripada I1 dan I1 sebagai yang lebih tinggi daripada I0. Kurva indiferen tidak pernah berpotongan. Untuk melihat mengapa, mempertimbangkan kurva indiferen I1 dan I2 dalam Gambar. 8.4. Kita tahu bahwa Lisa lebih menyukai titik ke titik j untuk c. Kita juga tahu bahwa Lisa lebih menyukai indifferences setiap titik pada kurva I2 untuk setiap titik pada kurva indiferen I1. Jika kurva indiferen ini tidak berpotongan, Lisa akan acuh tak acuh antara kombinasi barang di titik dan kombinasi c dan j. Tetapi kita tahu bahwa Lisa lebih suka j untuk c, sehingga tidak mungkin ada titik persimpangan. Maka kurva indiferen tidak pernah berpotongan. Sebuah peta preferensi terdiri dari serangkaian kurva indiferen. Kurva indiferen yang ditunjukkan pada Gambar. Hanya 8,4 bagian dari peta preferensi Lisa. Seluruh peta terdiri dari sejumlah tak terhingga kurva indiferen; masing-masing satu miring ke bawah, dan tak satu pun dari mereka memotong. Mereka menyerupai garis-garis kontur pada peta yang mengukur tinggi sebuah gunung. Kurva indiferen poin bergabung dengan kombinasi yang mewakili barang-barang di kalangan konsumen adalah yang acuh tak acuh dalam banyak cara yang sama seperti garis-garis kontur pada peta bergabung dengan poin yang sama he di atas permukaan laut. Dengan melihat bentuk garis kontur pada peta, kita dapat menarik kesimpulan tentang medan. Dengan cara yang sama, dengan melihat bentuk kurva indiferen seseorang, kita dapat menarik kesimpulan tentang preferences. Tetapi menafsirkan sebuah peta preferensi memerlukan sedikit pekerjaan. Ini juga memerlukan beberapa cara untuk menggambarkan bentuk kurva indiferen. Dalam dua bagian berikutnya, kita akan belajar bagaimana "membaca" sebuah peta preferensi.
Jika Lisa minuman 6 enam-pak soda dan melihat 2 film satu bulan, ia mengkonsumsi pada titik c. Lisa dapat membandingkan semua kemungkinan kombinasi soda dan film ke titik c dan peringkat mereka pada skala lebih suka huruf c, tidak lebih suka huruf c, atau acuh tak acuh. Batas antara titik bahwa ia lebih suka huruf c dan yang dia tidak suka huruf c adalah kurva indiferen. Lisa adalah acuh antara titik seperti g dan c pada kurva indiferen. Dia lebih suka setiap titik di atas kurva indiferen (area kuning) untuk setiap titik di atasnya dan ia lebih suka setiap titik pada kurva indiferen pada setiap titik di bawah ini (daerah abu-abu).
Sebuah peta preferensi terdiri dari sejumlah tak terhingga kurva indifferences. Di sini, kami hanya menampilkan tiga - I0, I1, dan I2 - yang merupakan bagian dari peta preferensi Lisa. Setiap kurva indiferen menunjukkan titik-titik di antaranya Lisa adalah acuh tak acuh. Sebagai contoh, dia tak peduli antara huruf c dan titik pada kurva indiferen g I1. Tapi ia lebih suka setiap titik pada kurva indifferences yang lebih tinggi untuk setiap titik pada kurva indiferen yang lebih rendah. Sebagai contoh, Lisa lebih menyukai titik j ke titik c atau g, jadi dia lebih suka setiap titik pada kurva indiferen I2 untuk setiap titik pada kurva indiferen I1.

Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal

Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push), maka agar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, di tingkat pengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di sisi lain, Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet yang dipimpin oleh Presiden RI untuk memberikan pandangan terhadap perkembangan makroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran inflasi. Koordinasi kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam penyusunan bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibahas bersama di DPR. Selain itu, Pemerintah juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam melakukan pengelolaan Utang Negara. 
Di tataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Pilihan Konsumsi Rumah Tangga

Kita Sekarang Akan Bawa Anggaran Lisa garis dan kurva indiferen bersama-sama dan menemukan yang terbaik film pilihan yang terjangkau dan soda. Apa saja jumlah film dan soda yang Lisa pilih untuk membeli? Pada Gambar 8,7, Anda dapat melihat garis anggaran dari gambar 8.1 dan kurva indiferen nya dari figur 8.4.
Pertama fokus pada titik h pada kurva indiferen I0. h adalah titik pada garis anggaran Lisa, jadi kita tahu bahwa dia bisa membelinya. Tapi apakah ia memilih kombinasi ini film dan soda atas semua kombinasi terjangkau lain? Tidak. Untuk melihat mengapa tidak, pertimbangkan titik c, di mana ia menghabiskan 2 film dan 6 enam-kemasan. Titik c juga ada pada garis anggaran Lisa, jadi kita tahu dia mampu untuk mengkonsumsi pada titik ini. Tapi titik c adalah pada kurva indiferen I1, kurva indiferen yang lebih tinggi daripada I0. Oleh karena itu kita tahu bahwa Lisa lebih menyukai titik c ke titik h.

Apakah ada titik yang terjangkau Lisa lebih suka titik c? Tidak. Semua terjangkau Lisa untuk konsumsi semua poin-poin yang lain pada atau di bawah garis anggaran-nya terletak pada kurva indiferen yang ada di bawah I1. Kurva indiferen I1, adalah kurva indiferen tertinggi yang Lisa mampu untuk mengkonsumsi.

Mari kita lihat lebih dekat pilihan Lisa yang terbaik.




Titik kombinasi Lisa berada pada titik c. Pada saat itu, ia sedang dalam garis anggaran dan juga pada kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Pada titik seperti h, Lisa bersedia memberikan lebih banyak film daripada membeli soda. Dia bisa bergerak ke titik i, yang sama baiknya sebagai titik h dan memiliki sisa pendapatan. Dia bisa menghabiskan pendapatan dan pindah ke c, suatu titik bahwa dia lebih suka titik i.

Titik Kombinasi

Titik kombinasi -dalam contoh ini titik c- memiliki dua sifat. Ini adalah:

1.Pada garis anggaran

2.Pada kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai



Pada garis Anggaran

Titik kombinasi ada pada garis anggaran. Jika Lisa memilih sebuah titik di dalam garis anggaran, akan ada titik kombinasi pada garis anggaran di mana dia dapat mengkonsumsi lebih dari kedua barang. Lisa lebih suka yang menunjuk ke salah satu dalam garis anggaran. Titik kombinasi tidak terdapat di luar garis anggaran karena Lisa tidak mampu menjangkau titik tersebut.


Pada titik tertinggi yang dapat dicapai Kurva Indiferen

Titik yang dipilih adalah pada kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Pada titik ini, kurva indiferen memiliki kemiringan yang sama dengan garis anggaran. Dengan kata lain, tingkat marjinal substitusi antara dua barang (besarnya kemiringan kurva indiferen) sama dengan harga relatifnya (besarnya kemiringan garis anggaran).
Untuk melihat mengapa kondisi ini menggambarkan titik kombinasi, dengan mempertimbangkan titik h dalam Gambar 8.7, yang Lisa menganggap sebagai lebih rendah daripada titik c. Pada titik h, tingkat substitusi marjinal Lisa kurang dari harga relatif-kurva indiferen I0 adalah datar daripada garis anggaran Lisa. Seperti Lisa membuang film untuk membeli soda dan bergerak naik kurva indiferen I0, ia bergerak di dalam garis anggaran pendapatan dan ada pendapatan yang tersisa. Dia bisa bergerak ke titik i, misalnya, di mana dia menghabiskan 2 film dan 5 enam-paket dan memiliki $ 3 untuk cadangan. Dia tidak peduli antara kombinasi barang di titik i dan kombinasi di titik h. Tapi ia lebih suka titik c ke titik i, karena pada c, dia memiliki lebih soda dari pada i dan melihat jumlah yang sama film.

Dengan bergerak di sepanjang garis anggaran dari titik h ke titik c, Lisa berlalu melalui sejumlah kurva indiferen I0 dan I1. Semua kurva indiferen ini lebih tinggi dari I0, dan karena itu di titik manapun mereka lebih suka ke titik h. Setelah Lisa sampai ke titik c, ia telah mencapai kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Jika dia terus bergerak sepanjang garis anggaran, dia akan berada pada pertemuan kurva indiferen yang lebih rendah dari I1.


RANGKUMAN

1. kombinasi barang terletak pada atau di dalam garis anggaran konsumen.
2. preferensi konsumen dijelaskan oleh kurva indiferen.

3. titik kombinasi ketika alokasi pendapatan dihabiskan (pada garis anggaran) dan ketika tingkat substitusi marjinal (besarnya kemiringan kurva indiferen) sama dengan harga relatif (besarnya kemiringan garis anggaran).

Sekarang kita akan menggunakan model ini yang merupakan pilihan rumah tangga untuk membuat beberapa prediksi tentang perubahan dalam pola konsumsi ketika pendapatan dan harga berubah.

pemeriksaan fungsi hati manusia


Fungsi Hati
Hati pada manusia memiliki fungsi yang banyak, lebih dari 500 fungsi hati. Beberapa fungsi hati yang penting antara lain menetralisir racun dalam tubuh sebagai organ yang mengontrol lemak, asam amino dan kadar gula dalam darah, memerangi infeksi, memproses makanan yang sudah selesai dicerna oleh usus halus, mengatur kerja empedu, menghasilkan enzim dan protein yang berguna untuk berbagai proses dalam tubuh seperti dalam proses pembekuan darah dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak.

Fungsihati biasanya tetap akan berfungsi dengan baik tanpa dipengaruhi faktor umur. Namun, beberapa "musuh" yang dapat merusak hati antara lain karena konsumsi alkohol yang berlebihan, perlemakan hati dan virus hepatitis yang menyerang hati. Pemeriksaan dini terhadap fungsi hati dapat menyelamatkan hati agar dapat tetap menjalankan fungsinya.

Pemeriksaan Fungsi Hati
Pemeriksaanterhadap fungsi hati secara umum meliputi Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte aminotransferase (AST), Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT) dan
International Normalised Ratio (INR).

Masing-masing pemeriksaan tersebut menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada masalah pada fungsi hati atau tidak. Hasil yang ingin diketahui dari pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya adalah:

Alanine aminotransferase (ALT) dan Aspartarte aminotransferase (AST)
Pemeriksaan Alanine aminotransferase (ALT) dan Aspartarte aminotransferase (AST) bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Angka yang tinggi biasanya menjadi indikasi adanya gangguan hati. Pada penderita hepatitis, nilai ALT 20-50 kali lebih tinggi dibanding pada orang yang normal. Nilai AST yang tinggi menunjukkan adanya gangguan otot pada salah satu bagian tubuh.

Alkaline phosphatase (ALP)
Pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP), bertujuan untuk mengetahui apakah ada sumbatan pada saluran empedu.

Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT)
Pemeriksaan Gamma glutamyl transferase (GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai indikator untuk para pengguna alkohol. Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka pada ALP disebabkan karena adanya masalah pada hati, bukan karena faktor lain.

Bilirubin
Pemeriksaan Bilirubin, bertujuan untuk mengetahui kadar "penyakit kuning" karena gangguan pada hati. Angka yang tinggi menggambarkan bahwa pasien mengalami gangguan tersebut yang biasa ditandai dengan mata dan kulit yang menjadi kuning.

Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa terjadi pada penyakit hati kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena kekurangan protein.

Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan sebagai indikasi apakah penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka menunjukkan penyakit kronik menjadi semakin buruk.

Jika ada kecurigaan penderita mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya, pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha fetoprotein (AFP). Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang diderita, sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena pengobatan yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker bilier, pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA.

Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja secara maksimal. Hindari sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum terlambat.

PERKEMBANGAN BESARAN MONETER dalam Miliar Rupiah

1Uang Primer657,955.00638,869.00
 antara lain :Uang Kertas dan Uang Logam yang Diedarkan405,661.00384,840.00
 antara lain :Saldo Giro Bank pada BI216,457.00219,865.00
2Posisi Aktiva Luar Negeri Bersih 1)1,008,229.001,023,015.00
3Aktiva Domestik Bersih 2)-350,274.00-384,146.00
 antara lain :Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat45,890.0078,161.00
 antara lain :Kredit Likuiditas 3)7,299.007,286.00
 antara lain :Operasi Pasar Terbuka-220,716.00-269,416.00
4Memorandum item: Cadangan Devisa (konsep IRFCL) 4) dalam juta USD108,990.00110,172.00
Keterangan :
1) Sejak Juni 2009 menggunakan konsep Aktiva Luar Negeri Bersih (Aset Luar Negeri dikurangi Kewajiban Luar Negeri) menggunakan kurs neraca Bank Indonesia. Sejak September 2009 Kewajiban Luar Negeri termasuk alokasi SDR.

2) Aktiva Domestik Bersih = Uang Primer - Aktiva Luar Negeri Bersih

3) Termasuk kredit dalam rangka channeling

4) Menggunakan konsep IRFCL atas dasar harga berlaku dengan format Official Reserve Asset (ORA). Konsep IRFCL hanya mencakup aset yang tergolong likuid dan penilaiannya menggunakan kurs yang berlaku pada saat akhir periode laporan.

DISKRIMINASI HARGA PASAR MONOPOLI

A. PENGERTIAN

Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan dengan biaya. ( William A. McEACHERN : 2001 : 149 ).

B. TERJADINYA DISKRIMINASI HARGA

Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga. ( Richard G. Lipsey : 1997 : 45 ).
Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga :
a. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar.
Apabila monopolis dapat memisah-misahkan pasar, maka para konsumen akan membeli di pasar yang memiliki harga rendah, yang lama kelamaan akan menaikkan harga dan menjualnya di pasar yang memiliki harga tinggi, ysng selanjutnya akan menurunkan harga . Sehingga harga dalam kedua pasar tersebut menjadi sama.
b. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda di antara kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan.
( Ida Nuraini,SE.,M.si. : 2001 : 97 )
Perusahan monopoli yang ingin mendapatkan laba maksimun harus menjual barang pada tiap pasar sesuai dengan MC = MR untuk masing-masing pasar. Praktek ini dapat menimbulkan berbedanya harga jual di kedua pasar.
bila kedua pasar dapat dipisah-pisahkan ,suatu perusahaan monopoli dapat memaksimumkan labanya dengan menjual produk yang sama dengan harga yang berbeda di kedua pasar tersebut. Jumlah Output yang akan di jual masing-masing pasar ditentukan MC = MR di masing-masing pasar.Pada gambar terlihat bahwa pasar yang memiliki permintaan lebih inelastic dikenai harga yang lebih tinggi.Terlihat juga kurva-kurva MR nya di gambarkan berlawanan arah, tetapi tetap dengan sumbu vertical yang sama. Anggap bahwa biaya marjinal konstan untuk semua level output. Perusahaan monopoli yang menginginkan laba maksimum akan menjual output sebesar Q1 pada pasar pertama. ( saat MC = MR1 ), dan menjual sebesar Q2 pada pasar kedua ( saat MC = MR2 ), dengan harga jual masing-masing P1 di pasar 1 dan P2 di pasar 2.
Terlihat pada gambar di atas bahwa konsumen yang mempunyai permintaan yang lebih inelastis ( pasar 1 ) dikenakan harga yang lebih tinggi dari pada pasar yang permintaannya lebih elastis ( pasar 2 ).Dengan kata lain, perusahaan monopoli yang melakukan praktek diskriminasi harga akan menetapkan harga yang lebih tinggi pada pasar yang kurang responsive dari pada pasar yang lebih responsive, yang dincerminkan oleh elastisitas permintaan di kedua pasar.
( Walter Nicholson : 1999 : 349 ).
รค Mengapa monopoli melaksanakan sistem diskriminasi harga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pada tidak melaksanakan sistem diskriminasi harga ?
Karena dengan melaksanakan sistem diskriminasi harga, perusahaan monopoli :
1. Memperoleh sebagian dari surplus konsumen yang sesungguhnya akan di peroleh oleh pembeli pada keadaan-keadaan tersebut. ( KADARIAH : 1994 : 170 ).
2. Pembeli yang berbeda mau membayar jumlah –jumlah yang berbeda untuk komoditi yang sama. ( KADARIAH : 1994 : 170 ).
3. Seorang pembeli mau membayar jumlah yang berbeda untuk barang yang berbeda dari komoditi yang sama. . ( KADARIAH : 1994 : 170 ).
4. Output dalam diskriminassi harga akan lebih tinggi dari pada tidak melakukan diskriminasi harga. ( Richard G. Lipsey : 1997 : 51 ).
5. Dalam sebarang tingkat keluaran tertentu, system diskriminasi harga yang paling menguntungkan akan memberikan pendapatan total lebih tinggi bagi perusahaan dari pada tidak melakukan diskriminasi harga yang hanya memaksimalkan laba. ( Richard G. Lipsey : 1997 : 51 ).
6. Dapat memperluas pembeli.
7. Dapat menekan biaya ( cost ) per unit untuk menghasilkan Output.

C. JENIS-JENIS DISKRIMINASI HARGA

Diskriminasi harga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Diskriminasi Harga Derajat Ketiga ( Third degree price discrimination )
Jika monopolist menetapkan adanya 2 harga yang berbeda pada 2 segmen pasar yang berbeda.
Q/t
2. Diskriminasi Harga Derajat Kedua ( Second degree price discrimination )
Jika monopolist menetapkan lebih dari 2 macam harga untuk lebih dari 2 segmen pasarnya.
3. Diskriminasi Harga Derajat Pertama ( First degree price discrimination )
Jika monopolist berhasil menetapkan harga yang berbeda untuk setiap pembelinya.
Kualifikasi diskriminasi harga ini ditemukan olaeh ekonom inggris yang terkenal A.C Pigou. Implikasi kebijakan diskriminasi pertama adalah bahwa semua surplus konsumen jatuh ke tangan monopolist, dan kurva permintaannya sekaligus menjadi kurva pendapatan merjinal ( P = D = MR ). Bedanya dengan P = D = MR pada pasar persaingan sempurna yaitu bahwa harga pada pasar monopoli tidak tetap, selalu berubah-ubah berdasarkan kemampuan konsumen.
Bagian yang diarsir adalah bagian surplus yang dikuasai oleh prousen sebagai akibat dari diskriminasi harga.Pada Diskriminasi harga derajat pertama,nampak bahwa surplus konsumen diambil sepenuhnya oleh monopolist. Jadi konsumen tidak mendapatkan surplus sama sekali. Ada sebagian pembeli yang mampu membeli dengan harga di atas P0. Kepada pembeli yang mapu ini diadakan perundingan sendiri-sendiri secara terpisah. Karena produsen merupakan satu-satunya penjual, maka hal ini dapat dilaksanakan sebab konsumen tak dapat menemukan barangnya selain dari monopolist itu. Harga tertinggi tentunya diterapkan pada konsumen yang pakling mampu. Kepada konsumen yang lebih rendah kemampuannya harga akan diterapkan lebih rendah yang sesuai kemampuannya. ( Ida Nuraini,SE.,M.Si : 2001 : 97 ).

D. KEUNTUNGAN MAKSIMUM DISKRIMINASI HARGA

Untuk mencapai keuntungan maksimum pada pasar monopoli dengan diskriminasi harga adalah :
Pada gambar di atas terlihat bahwa hanya ada satu kurva MC atau satu kurva AC tetapi ada tiga kurva MR yaitu MR1 untuk pasar 1 dan MR2 untuk pasar 2 serta SMR yang merupakan penjumlahan MR1 dan MR2.
Syarat tercapainya keuntungan maksimum pasar monopoli dengan diskriminasi harga adalah SMR = MC, di mana output total yangb dijual oleh monopolis di pasar X yang akan di distribusikan ke masing-masing pasar sebesar X1 pada harga P1 dab X2 pada harga P2.Penentuan pembagian output yang dijual di masing-masing pasar tergantung besarnya SMR di mana akan mempengaruhi harga jual di masing-masing pasar.MR1 = P1 ( 1-1/e1 )dan MR2 = P2 ( 1-1/e2 ), di mana MR1 = MR2 maka P1 = P2 dan e1 = e2. Keuntungan di pasar 1 sebesar cp1 dikalikan X1 dan keuntungan di pasar 2 adalah cp2 di kalikan X2 sedangkan keuntungan totalnya adalah penjumlahandari kedua keuntungan tersebut. Untuk diskriminasi harga lebih dari dua persyaratan pencapaian keuntungan maksimum yaitu sama SMR = MC. Secara matematis pencapaian keuntungan maksimum pada diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
Di mana R adalah penerimaan total si monopolis di kedua pasar
(1) R = RI + RII
RI = RI ( XI )
RII = RII( XII )
X = X1 + XII
Di mana (2) C = C (X ) adalah ongkos total yang dikeluarkan monopolis
Persamaan keuntungan :
p = R-C atau
p = R1 (XI) + RII (XII) – C (XI + XII )
Syarat keuntungan maksimum jika :
d p = R1I (X1)- C1(X) = 0
d X1
d p = R1II (X2)- C1(X) = 0
d X2
atau R1I (X1) = R1II (X2) = C1(X)
atau MR1 = MR2 = MC
Ini berarti bahwa pendapatan tambahan /marginal dipasar 1 sama dengan pendapatan marginal di pasar 2 sama dengan ongkos marginal untuk seluruh produksi.(Drs.Iswardono SP.,MA : 1989 : 191 )