"Tidak ada hubungannya aksi teror ini dengan sisi perekonomian warga Solo. Ini adalah teror politik yang berhubungan dengan kekuasaan," tandas Adrianus saat dihubungi INILAH.COM di Jakarta, Jumat (31/8/2012). Dia menanggapi aksi teror di Solo pada Kamis malam (30/8/2012) yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti di Pos Polisi Plaza Singosaren. Walaupun memiliki data yang cukup, menurut Adrianus, Polri tidak memiliki kekuatan hukum dalam mengungkap aksi teror tersebut. Kepolisian baru bereaksi ketika ada aksi. Intelijen pun lemah dalam mengantisipasi aksi-aksi teror yang terjadi di Solo. Harus segera dibuat kebijakan untuk menghalau aksi-aksi teror yang ada. Kepolisian dalam hal ini berada pada posisi yang sulit. Selain itu, kordinasi antara pemkot setempat dengan pihak keamanan masih kurang dalam menjaga keamanan di Solo. "Harus ada koordinasi yang baik antara pemkot setempat dengan pihak keamanan di Solo," tandas Adrianus. [yeh]
0 komentar:
Posting Komentar